Sabtu, 09 Maret 2013

Kajian Ayat_Al-Isra:23



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Allah SWT menurunkan Al-Quran melalui nabi Muhammad Saw untuk memberikan petunjuk agar umat manusia berada didalam jalan yang dikehendaki oleh Allah SWT, bukan jalan yang sesat serta untuk menaati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Setiap ayat- ayat yang terdapat dalam Al-Quran memberi petunjuk dan pedoman bagi kehidupan manusia untuk keselamatan didunia maupun diakhirat dan terhindar dari siksa api neraka dan mendapat kenikmatan surga.
Dalam Q.S Al-Israa’ ayat 23 menjelaskan tentang birrul walidain ( berbuat baik kepada kedua orang tua) lebih tepatnya adalah wajibnya berbakti dan haramnya durhaka kepada kedua orang tua. Hal ini salah satu masalah yang penting dalam islam, didalam Al-Quran, setalah memerintahkan kepada manusia untuk bertauhid kepada-Nya, Allah SWT juga memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.
Berbakti kepada kedua orang tua adalah wajib bagi setiap anak karena ridha-Nya Allah ridhanya orang tua.Keridahoan orang tua harus kita dahulukan dari pada keridhoan siapapun. Nabi Muhammad Saw mengatakan anak yang durhaka kepada kepada orang tuanya akan diadzab didunia dan diakhirat serta tidak akan masuk surga.

B.       Rumusan Masalah
1.        Bagaimana kedudukan Q.S Al-Israa’ ayat 23 ?
2.        Bagaimana azbabun nuzul (asal muasal) turunnya ayat ?
3.        Apa yang terkandung dalam Q.S Al-Israa’ ayat 23 ?
4.        Apa dampak dari durhaka kepada kedua orang tua ?
5.        Bagaimana cara berbakti kepada kedua orang tua ?
6.        Apa manfaat berbakti kepada kedua orang tua ?

C.      Tujuan Penulisan
1.        Mengetahui pentingnya berbakti kepada orang tua
2.        Mengetahui bagaimana azbabun nuzul (asal muasal) turunnya ayat
3.        Mengetahui makna yang terkandung dalam Q.S Al-Israa’ ayat 23
4.       Mengetahui akibat durhaka kepada orang tua
5.       Mengetahui cara berbakti kepada orang tua
6.        Mengetahui manfaat berbakti kepada orang tua

D.      Prosedur Pemecahan Masalah
Penulis menyusun makalah ini berdasarkan kaji pustaka Al-Quran, tafsir  buku-buku sumber dan jendela internet.

E.       Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun dari 3 bab, yang diawali dengan pendahuluan, isi, dan diakhiri dengan simpulan.
Bab I Pendahuluan berisikan tentang latar belakng masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, prosedur pemecahan masalah dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian ayat Q.S Al-Israa’ ayat 23 berisikan tentang ayat al-quran, terjemahan harfiyah, azbabun nuzul ayat, tafsir, dan kajian ayat.
Bab III Simpulan yang berisikan kesimpulan dan daftar pustaka.











BAB II
ISI
A.      http://web1hari.com/file/gif/17/17_23.gifAyat Al-Quran

“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”

B.       Terjemahan Harfiyah
Q.S Surat Al-Isra  Ayat 23 janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak
وقضى                                                             dan menetapkan/memerintahkan
ربك                                                                 Tuhanmu
 ألا                                                                    bahwa jangan
 تعبدوا                                                            kamu menyembah
إلا                                                                     melainkan
 إياه                                                                  kepada Dia
 وبالولدين                                                      dan terhadap kedua orangtua
 إحسنا                                                              berbuat baik
إما                                                                     adapun/jika
يبلغن                                                             telah sampai
 عندك                                                               di sisimu/dalam pemeliharaanmu
 الكبر                                                             besar/tua
أحدهما                                                                 salah satu dari keduanya
أو                                                                      atau
كلاهما                                                                kedua-duanya
فلا                                                                  maka jangan
تقل                                                                 kamu berkata
 لهما                                                                  kepada keduanya
أف                                                                    ah
 ولا                                                                   dan jangan
تنهرهما                                                             kamu membentak keduanya
 وقل                                                                 dan berkatalah
 لهما                                                                  kepada keduanya
قولا                                                                 perkataan
كريما                                                               mulia

C.      Azbabun Nuzul
Surah Al-Isra' (bahasa Arab:الإسرا, al-Isrā, "Perjalanan Malam") adalah surah ke-17 dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 111 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah.Surah ini dinamai dengan Al-Isra yang berarti "memperjalankan di malam hari", berhubung peristiwa Israa' Nabi Muhammad SAW.diMasjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis (Palestina) yang dicantumkan pada ayat pertama dalam surah ini. Surat ini dinamakan pula dengan nama Surah Bani Israil dikaitkan dengan penuturan pada ayat ke-2 sampai dengan ayat ke-8 dan kemudian dekat akhir surah yakni pada ayat 101 sampai dengan ayat 104 dimana Allah menyebutkan tentang Bani Israil yang setelah menjadi bangsa yang kuat lagi besar lalu menjadi bangsa yang terhina karena menyimpang dari ajaran Allah SWT. Dihubungkannya kisah Isra dengan riwayat Bani Israil pada surah ini, memberikan peringatan bahwa umat Islam akan mengalami keruntuhan, sebagaimana halnya Bani Israil, apabila mereka juga meninggalkan ajaran-ajaran agamanya.

D.      Tafsir Q.S AL-ISRAA’ Ayat 23
Tafsir Ibnu Katsir (2008:237) menjelaskan bahwa Allah berfirman seraya memerintahkan agar hamba-Nya hanya beribadah kepada-Nya saja, yang tiada sekutu bagi-Nya. Kata qadhaa dalam ayat ini berarti perintah. Mengenai firman-Nya :“Dan telah memerintahkan,” mujahid berkata:”Artinya berwasiat.” Demikian pula Ubay bin Ka’ab, Ibnu Mas’ud dan adh-Dhahhak bin muzahim membaca ayat tersebut dengan bacaan yang artinya: “Rabb-mu berwasiat agar kamu tidak beribadah kecuali kepada-Nya semata.”  
Oleh karena itu, Allah menyertakan perintah ibadah kepada-Nya dengan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua, sebagaimana dia berfirman yang artinya “Dan hendaklah kamu berbuat bai kepada ibu bapakmu dangan sebaik-baiknya.”Maksudnya, Dia menyuruh hamba-Nya untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Yang demikian itu seperti firman-Nya dalam surat yang lain, Dia berfirman dalam Q.S Luqman yang artinya “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku tempat kembalimu.”
       “Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’.”Maksudnya janganlah engkau memperdengarkan kata-kata yang buruk, bahkan sampai kata ’ah’ sekalipun yang merupakan tingkatan ucapan buruk yang paling rendah/ringan.“Dan janganlah kamu membentak keduanya,”  maksudnya jangan sampai ada perbuatan buruk yang kamu lakukan terhadap keduanya. Sebagaimana yang dikatakan ‘Atha’ bin Abi Rabah mengenai firman-Nya. “Dan janganlah kamumembentak mereka berdua,’ ia berkata:”Artinyajangan lah kamu meringankan tangan kepada keduanya.”dan setelah Allah melarang melontarkan ucapan buruk dan perbuatan tercela Allah SWT menyuruh berkat-kata baik dan berbuat baik kepada keduanya, sebagaimana Dia berfirman yang artinya “Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”Yakni, dengan lemah lembut, baik, penuh sopan santun, disertai pemuliaan dan penghormatan.
Mengenai masalah birrul walidain ( berbakti kepada kedua orang tua) ini, telah banyak hadist yang membahasnya. Diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan melalui jalur Anas dan juga yang lainnya, bahwasanya Rasulullah Saw pernah menaiki mimbar, kemudian berucap yang artinya:
       “Amin.Amin.Amin. Lalu ditanyakan: ‘Ya Rasululullah, apa yang engkau aminkan tadi?’ Beliau menjawab:’aku telah didatangi jibril, lalu ia berkata: sungguh hina orang yang (namamu disebut disisinya), namun ia tidak bershalawat kepadamu. Maka ucapkanlah amin.’Maka aku mengucapkan amin. Kemudian ia berkata lagi: ‘ sungguh hina orng yang masuk bulan ramadhan, lalu ia keluar darinya dengan tiodak mendapat ampunan. Maka ucapkanlah amin.’Makaucapkanlah amin. Selanjutnya jibril berkata: ‘sungguh hina orang yang mendapatkan kedua atau salah satu orang tuanya (masih hidup), namun kesempatan bakti kepada keduanya tidak memasukkannya kesurga. Maka ucapkanlah amin.’ Maka ku ucapkan amin,"

E.       Kajian Q.S AL-ISRAA’ Ayat 23

       Tingkatan Dosa durhaka pada orang tua                

Rasulullah saw bersabda: “Dosa besar yang paling besar adalah syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua…” (Al-Mustadrak 17: 416)
Rasulullah saw bersabda: “Ada tiga macam dosa yang akibatnya disegerakan, tidak ditunda pada hari kiamat: durhaka kepada orang tua, menzalimi manusia, dan ingkar terhadap kebajikan.” (Al-Mustadrak 12: 360)
Rasulullah saw bersabda: “…Di atas setiap durhaka ada durhaka yang lain kecuali durhaka kepada orang tua. Jika seorang anak membunuh di antara kedua orang tuanya, maka tidak ada lagi kedurhakaan yang lain di atasnya.” (At-Tahdzib 6: 122)
a.        Akibat-akibat durhaka kepada orang tua
       Durhaka kepada orang tua memiliki dampak dan akibat yang luar bisa dalam kehidupan di dunia, saat sakratul maut, di alam Barzakh, dan di akhirat. Akibat itu antara lain:
1.        Dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meri¬dhainya; dan barangsiapa yang dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.” (Jâmi’us Sa’adât, penghimpun kebahagiaan, 2: 263).
2.        Menghalangi doa dan Menggelapi kehidupan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “…Dosa yang mempercepat kematian adalah memutuskan silaturrahmi, dosa yang menghalangi doa dan menggelapi kehidupan adalah durhaka kepada kedua orang tua.” (Al-Kafi 2: 447)
3.      Celaka di dunia dan akhirat
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Durhaka kepada kedua orang tua termasuk dosa besar karena Allah Azza wa Jalla menjadikan dalam firman-Nya sebagai anak yang durhaka sebagai orang yang sombong dan celaka: “Berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang yang sombong dan celaka, (Surat Maryam: 32)” (Man lâ yahdhurul Faqîh 3: 563)
4.        Dilaknat oleh Allah swt
Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali, Allah melaknat kedua orang tua yang melahirkan anak yang durhaka kepada mereka. Wahai Ali, Allah menetapkan akibat pada kedua orang tuanya karena kedurhakaan anaknya sebagaimana akibat yang pasti menimpa pada anaknya karena kedurhakaannya…” (Al-Faqîh 4: 371)
Ya Allah, jangan jadikan daku orang yang menyebabkan kedua orang tuaku dilaknat oleh-Mu karena kedurhakanku pada mereka.Ya Allah, jadikan daku anak yang berbakti kepada kedua orang tuaku sehingga Engkau sayangi mereka karena kebarbaktianku pada mereka.”
Duhai saudaraku, di sinilah letak hubungan erat yang tak terpisahkan antara kita dan kedua orang tua kita. Betapa pentingnya menanamkan pendidikan akhlak yang mulia pada anak-anak kita, sehingga kita meninggalkan warisan yang paling berharga yaitu anak-anak yang saleh, yang dapat mengalirkan kebahagiaan dan kedamaian pada kita bukan hanya di dunia tetapi juga di alam Barzakh dan akhirat.
5.        Dikeluarkan dari keagungan Allah swt
Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Allah mengharamkan durhaka kepada kedua orang tua karena durhaka pada mereka telah keluar dari pengagungan terhadap Allah swt dan penghormatan terhadap kedua orang tua.” (Al-Faqih 3: 565)
6.        Amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah swt
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Demi Ketinggian-Ku, keagungan-Ku dan kemuliaan kedudukan-Ku, sekiranya anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya mengamalkan amalan semua para Nabi, niscaya Aku tidak akan menerimanya.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263).
7.        Shalatnya tidak diterima oleh Allah swt
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang memandang kedua orang tuanya dengan pandangan benci ketika keduanya berbuat zalim kepadanya, maka shalatnya tidak diterima.” (Al-Kafi 2: 349).
8.        Tidak melihat Rasulullah saw pada hari kiamat
Rasulullah saw bersabda: “Semua muslimin akan melihatku pada hari kiamat kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, peminum khamer, dan orang yang disebutkan nama¬ku lalu ia tidak bershalawat kepadaku.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263).
Na’udzubillâh, semoga kita tidak tergolong kepada mereka yang tidak diizinkan untuk berjumpa dengan Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa), karena hal ini harapan dan idaman bagi setiap muslimin dan mukminin. Sudah tidak berjumpa di dunia, tidak berjumpa pula di akhirat.Na’udzubillâh, semoga kita semua dijauhkan dari akibat ini.
9.        Diancam dimasukkan ke dalam dua pintu neraka
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya murka, maka baginya akan dibukakan dua pintu neraka.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 262)
10.    Tidak akan mencium aroma surga
Rasulullah saw bersabda: “Takutlah kamu berbuat durhaka kepada kedua orang tuamu, karena bau harum surga yang tercium dalam jarak perjalanan seribu tahun, tidak akan tercium oleh orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, memutuskan silaturahmi, dan orang lanjut usia yang berzina…” (Al-Wasâil 21: 501)
11.    Menderita saat Saktatul maut
Penderitaan anak yang durhaka kepada orang tuanya saat sakratul mautnya pernah menimpa pada salah seorang sahabat Nabi saw. Berikut ini kisahnya:
Kisah nyata di zaman Nabi saw.
       Pada suatu hari Rasulullah saw mendatangi seorang pemuda saat menjelang kematiannya. Beliau membimbingnya agar membaca kalimat tauhid, Lâilâha illallâh, tapi pemuda itu lisannya terkunci.
       Rasulullah saw bertanya kepada seorang ibu yang berada di dekat kepala sang pemuda sedang menghadapi sakratul maut: Apakah pemuda ini masih punya ibu?
Sang ibu menjawab: Ya, saya ibunya, ya Rasulullah.Rasulullah saw bertanya lagi: Apakah Anda murka padanya?Sang ibu menjawab: Ya, saya tidak berbicara dengannya selama 6 tahun.Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia!Sang ibu berkata: Saya ridha padanya karena ridhamu padanya.
Kemudian Rasulullah saw membimbing kembali kalimat tauhid, yaitu Lâilâhaillallâh.Kini sang pemuda dapat mengucapkan kalimat Lâilâha illallâh.
Rasulullah saw bertanya pemuda itu: Apa yang kamu lihat tadi?
Sang pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki-laki yang berwajah hitam, pandangannya menakutkan, pakaiannya kotor, baunya busuk, ia mendekatiku sehingga membuatku marah padanya.


Lalu Nabi saw membimbinnya untuk mengucapkan doa:
يَا مَنْ يَقْبَلُ الْيَسِيْرَ وَيَعْفُو عَنِ الْكَثِيْرِ، اِقْبَلْ مِنِّى الْيَسِيْرَ وَاعْفُ عَنِّي الْكَثِيْرَ، اِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
“Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa yang banyak, terimalah amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” 1)
Sang pemuda kini dapat mengucapkannya.Nabi saw bertanya lagi: Sekarang lihatlah, apa yang kamu lihat?Sang pemuda menjawab: sekarang aku melihat seorang laki-laki yang berwajah putih, indah wajahnya, harum dan bagus pakaiannya, ia mendekatiku, dan aku melihat orang yang berwajah hitam itu telah berpaling dariku. Nabi saw bersabda: Perhatikan lagi. Sang pemuda pun memperhatikannya. Kemudian beliau bertanya: sekarang apa yang kamu lihat?
Sang pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, aku melihat orang yang berwajah putih, dan cahayanya meliputi keadaanku. (Bihârul Anwâr 75: 456).
Doa ini dikenal sebagai doa Yasîr, doa untuk memperoleh kemudahan saat sakaratul maut.
b.        Cara berbakti kepada kedua orang tua.




Kasih anak sepanjang galah, kasih orang tua sepanjang masa. Peribahasa itu terkadang ada benarnya. Ketika seorang anak telah melepas masa kanak-kanak, banyak yang merasa sudah menjadi diri sendiri dan tak merasa butuh lagi orang tua. Terlebih ketika sudah mandiri, menikah dan hidup mapan. Tak sedikit yang lantas abai dengan orang tua. Apalagi bila tinggal jauh dari kedua ayah ibu.
Padahal, sebagai anak, apapun posisi dan status kita, tetaplah punya kewajiban untuk berbakti kepada orang tua sepanjang masa. Bagaimana caranya? Berikut ini ada beberapa hal yang termasuk bukti birul walidain (bakti) kita pada keduanya:

1. Mencintai sepenuh hati.
Pandanglah orang tua penuh kecintaan. Menurut Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda: “Seorang anak yang memandang kepada orang tuanya dengan pandangan cinta, akan dicatat Allah seperti amalan orang yang naik Haji Mabrur” (R. Ar-Rafi'I dalam sejarah Kaspi dan oleh Al-Baihaqi dalam Syu'abil Iman)
2. Bersikap lemah lembut
Orang tua berhak diperlakukan yang terbaik. Karena itu, jagalah perkataan dan perilaku kita di hadapan orang tua. Jangan sekalipun menyakiti hati mereka, baik dari perkataan maupun perbuatan kita. “Dan ucapkanlah kepada ibu-bapakmu perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang, dan doakanlah: “Wahai Robbku, kasihanilah keduanya seperti keduanya telah mendidik aku di waktu kecil.” (TQS Al-Isra: 23-24)
3. Minta izin
Ada waktu-waktu khusus dimana anak harus izin ketika akan masuk kamar orang tua. Hal ini untuk menghormati privacy beliau. “Dan apabila anak-anakmu sudah mencapai usia baligh, maka haruslah mereka meminta izin padamu (untuk masuk), seperti halnya orang-orang sebelum mereka” (QS An-Nur ayat 59). Sementara itu, ketika keluar rumah, khususnya bagi Muslimah wajib pula mendapatkan izin orang tua bila belum menikah.
4. Berdiri menyambut ibu-bapak
Kata Siti Aisyah Ra: Saya tidak pernah melihat seseorang yang paling serupa dengan Rasulullah mengenai ketenangan, keagungan dan kecerahannya kecuali Siti Fathimah binti Rasul. Apabila ia datang mengunjungi Rasulullah SAW beliau bangkit menyongsongnya, mencium dan mempersilakan sang putri duduk di tempat duduk beliau. Begitu pula jika Nabi SAW datang mengunjungi buah hatinya, Fatimah bangun menyongsong beliau, mencium dan mempersilakan duduk di tempat duduknya. (R Abu Daud dan At-Turmudzi)

5. Menjaga nama baik orang tua
Tingkah laku anak cermin bagi orang tuanya. Jangan sampai anak berbuat maksiat dan mencoreng malu orang tua. Bila orang tua yang bermaksiat, nasihatilah. Tutupilah aib orang tua, bukan mengumbarnya menjadi bahan rumpian.
6. Bersilaturahmi dengan teman ibu-bapak
Hormati dan hargai teman-teman orang tua, sekalipun bisa jadi dalam hati kita tidak sreg dengan kepribadian beberapa dari mereka. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya bakti anak yang paling utama adalah hubungan baik si anak dengan keluarga kawan baik ayahnya” (R. Muslim).
7. Berziarah ke makam ibu-bapak, jika telah meninggal dunia.
Abu Hurairah Ra. Seorang sahabat Rasul yang banyak hafal hadist berkata, Rasulullah bersabda: “ Barang siapa yang berziarah ke kubur kedua orang tuaaya atau salah seorang dari keduanya pada tiap hari Jum'at maka dosanya akan diampuni Allah dan ia dinyatakan sebagai seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya”. (R. At-Thabarani dalam Al-Ausath).

c.         Manfaat berbakti kepada orang tua
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Aku pernah tidur, lalu aku bermimpi diriku berada di Surga, lalu akumendengar suara seorang yang sedang membaca (al-Qur’an), lalu kutanyakan, ‘Siapa ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini adalah Haritsah bin an-Nu’man”
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ketika ada tiga orang berjalan-jalan tiba-tiba mereka kehujanan, lalu mereka berteduh di dalam gua pada sebuah gunung.Ketika mereka tengah berada di dalam gua itu, tiba-tiba ada batu besar yang jatuh sehingga menutupi mulut gua tersebut. Lalu sebagian mereka berkata kepada sebagian lainnya, ‘Lihatlah pada amalan yang paling baik yang pernah kalian kerjakan, lalu mohonlah kepada Allah dengan amalan tersebut, siapa tahu akan dibukakan celah pada batu tersebut bagi kalian.’ Lalu salah seorang di antara mereka berkata, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua orang tua yang sudah lanjut usia sementara aku memiliki isteri dan juga anak-anak yang masih kecil.Dan aku memelihara mereka. Karenanya, jika aku telah mengandangkan kambingku, aku mulai mengurus kedua orang tuaku, dimana aku memberi minum susu keduanya. Kemudian aku tidak mendatanginya sehingga kedua orang tuaku tidur. Kemudian aku membersihkan bejana, lalu memerah susu. Selanjutnya aku membawa susu itu dekat kepala kedua orang tuaku sementara anak-anak bergelantungan di kedua kakiku, karena aku tidak ingin memulai mengurus mereka sebelum mengurus kedua orang tuaku dan aku tidak ingin membangunkan keduanya. Dan aku masih terus berdiri sampai fajar bersinar terang.Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku melakukan hal itu dalam rangka mencari keridhaan-Mu, maka bukakanlah untuk kami sebuah celah dimana kami dapat melihat langit darinya. Maka Allah pun membukakan celah bagi mereka sehingga mereka dapat melihat langit darinya… [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
d.   Hubungan Q.S AL-ISRAA’ Ayat 23 dengan Profesi Guru
Pada dasarnya setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban. Allah Swt. telah menciptakan manusia dengan berbagai macam ras, suku bangsa, bahasa, dan sebagainya yang saling berpasang-pasangan. Begitu pula dengan hak dan kewajiban, setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda-beda dan keduanya harus dilaksanakan dengan seimbang.
Dalam Psikologi Pendidikan dibahas tentang factor fartor yang mempengaruhi dinamika perkembangan peserta didik diantaranya adalah Lingkungan Keluarga. Seorang anak akan memiliki moral, sopan santun kepada guru, teman sebaya, dan masyarakat terjadi apabila seorang anak tersebut dibentuk karakternya dari lingkungan yang pertama kali ia kenal yaitu lingkungan keluarga. Dengan menghormti kedua orang tuanya, maka ia juga akan dapat menghargai siapapun yang berhubungan dengannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa etika berarti ilmu tentang apa yang baik dan tentang apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Sebagaimana telah diketahui, islam adalah sebuah agama yang memiliki ajaran-ajaran yang mulia, komprehesif dan universal, dimana sumber utamanya adalah Al Qur’an dan As Sunnah. Ajaran-ajaran Islam yang mulia ini harus ditransfer dan ditanamkan kepada anak melalui pendidikan dalam keluarga. Keharmonisan antara Orang tua dan anak dapat dibangun sejumlah prinsip etika komunikasi dalam islam seperti Qawlan, Karima, Qawlan sadida, Qawlan ma’rufa, Qawlan baligha, Qawlan layyina, dan Qawlan maisyura.
Rasulullah Saw. bersabda :
“Berbuat baiklah kepada Ibumu, Bapakmu, saudara perempuan dan saudara laki-lakimu, kemudian orang yang paling dekat denganmu kemudian seterusnya.” (HR. Nasa’i, Ahmad, dan Al Hakim)

















BAB III
KESIMPULAN

Surah Al-Isra' (bahasa Arab:الإسرا, al-Isrā, "Perjalanan Malam") adalah surah ke-17 dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 111 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah.Surah ini dinamai dengan Al-Isra yang berarti "memperjalankan di malam hari", berhubung peristiwa Israa' Nabi Muhammad SAW.diMasjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis (Palestina) yang dicantumkan pada ayat pertama dalam surah ini. Surat ini dinamakan pula dengan nama Surah Bani Israil dikaitkan dengan penuturan pada ayat ke-2 sampai dengan ayat ke-8 dan kemudian dekat akhir surah yakni pada ayat 101 sampai dengan ayat 104 dimana Allah menyebutkan tentang Bani Israil yang setelah menjadi bangsa yang kuat lagi besar lalu menjadi bangsa yang terhina karena menyimpang dari ajaran Allah SWT.
Akibat durhaka kepada orang tua diantaranya adalah dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla, menghalangi doa dan Menggelapi kehidupan, celaka di dunia dan akhirat, dilaknat oleh Allah swt, dikeluarkan dari keagungan Allah swt, menderita saat Saktatul maut, shalatnya tidak diterima oleh Allah swt, tidak melihat rasulullah saw pada hari kiamat, diancam dimasukkan ke dalam dua pintu neraka, amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah swt.
Manfaat berbakti kepada orang tua diantaranya jauh dari marabahaya, dapat kemudahan, cara berbakti kepada orang tua diantaranya adalah mencintai sepenuh hati, bersikap lemah lembut, minta izin, menjaga nama baik orang tua, berziarah ke makam ibu-bapak, jika telah meninggal dunia, bersilaturahmi dengan teman ibu-bapak.





DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2008). Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5. Bogor: Pustaka Imam Syafi’i
Kholda. (2011) 44 Cara Berbakti Kepada Orang Tua. Tersedia [Online]:

Q.S Al-Israa’ ayat 23 http://mimbarjumat.com/al-quran-online. tanggal akses 23 September 2012

Rifai, Syamsuri.(2008). Akibat Durhaka Kepada Orang Tua. Tersedia [Online]: http://syamsuri149.wordpress.com/2008/10/09/akibat-durhaka-kepada-orang-tua. Tanggal akses 20 September 2012

Salamah, Ummu. (2009).  Manfaat dan Pengaruh Kepada Orang Tua. Tersedia [Online]: http://www.facebook.com/note.php?note_id=137110812357
. Tanggal akses 20 September 2012

Fauzi, Imron.(2008).Hak, Kewajiban, dan Etika dalam Keluarga.Tersedia                         [Online]: http://imronfauzi.wordpress.com/category/pendidikan-islam/.                       Tanggal akses 20 September 2012



Tidak ada komentar:

Posting Komentar