C. Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui pentingnya berbakti kepada
orang tua
2.
Mengetahui bagaimana azbabun nuzul (asal
muasal) turunnya ayat
3.
Mengetahui makna yang terkandung dalam Q.S
Al-Israa’ ayat 23
4. Mengetahui akibat durhaka kepada orang tua
5. Mengetahui cara berbakti kepada orang tua
6.
Mengetahui manfaat berbakti kepada orang
tua
D. Prosedur Pemecahan Masalah
Penulis
menyusun makalah
ini berdasarkan kaji pustaka Al-Quran, tafsir buku-buku
sumber dan jendela internet.
E. Sistematika Penulisan
Makalah
ini tersusun dari 3 bab, yang diawali dengan pendahuluan, isi, dan diakhiri
dengan simpulan.
Bab
I Pendahuluan
berisikan tentang latar belakng masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
prosedur pemecahan masalah dan sistematika penulisan.
Bab
II Kajian ayat Q.S
Al-Israa’ ayat
23 berisikan tentang ayat al-quran,
terjemahan harfiyah, azbabun nuzul ayat, tafsir, dan kajian ayat.
Bab III Simpulan yang berisikan kesimpulan dan daftar
pustaka.
BAB
II
ISI
A. Ayat Al-Quran
“Dan Rabbmu
telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”
B.
Terjemahan
Harfiyah
Q.S Surat Al-Isra Ayat 23 janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah
kamu membentak
وقضى dan
menetapkan/memerintahkan
ربك Tuhanmu
ألا bahwa
jangan
تعبدوا kamu
menyembah
إلا melainkan
إياه kepada
Dia
وبالولدين dan
terhadap kedua orangtua
إحسنا berbuat
baik
إما adapun/jika
يبلغن telah
sampai
عندك di
sisimu/dalam pemeliharaanmu
الكبر besar/tua
أحدهما salah
satu dari keduanya
أو atau
كلاهما kedua-duanya
فلا maka
jangan
تقل kamu
berkata
لهما kepada
keduanya
أف ah
ولا dan
jangan
تنهرهما kamu
membentak keduanya
وقل dan
berkatalah
لهما kepada
keduanya
قولا perkataan
كريما mulia
C.
Azbabun
Nuzul
Surah
Al-Isra' (bahasa Arab:الإسرا, al-Isrā,
"Perjalanan Malam") adalah surah ke-17 dalam al-Qur'an.
Surah ini terdiri atas 111 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah.Surah
ini dinamai dengan Al-Isra yang berarti "memperjalankan di malam
hari", berhubung peristiwa Israa' Nabi Muhammad
SAW.diMasjidil
Haram di Mekkah ke
Masjidil
Aqsha di Baitul Maqdis (Palestina) yang dicantumkan pada ayat
pertama dalam surah ini. Surat ini dinamakan pula dengan nama Surah Bani Israil dikaitkan dengan
penuturan pada ayat ke-2 sampai dengan ayat ke-8 dan kemudian dekat akhir surah
yakni pada ayat 101 sampai dengan ayat 104 dimana Allah menyebutkan tentang Bani Israil yang setelah
menjadi bangsa yang kuat lagi besar lalu menjadi bangsa yang terhina karena
menyimpang dari ajaran Allah
SWT. Dihubungkannya kisah Isra dengan riwayat Bani Israil pada surah
ini, memberikan peringatan bahwa umat Islam akan mengalami keruntuhan, sebagaimana
halnya Bani Israil, apabila mereka juga meninggalkan ajaran-ajaran agamanya.
D.
Tafsir
Q.S AL-ISRAA’ Ayat 23
Tafsir
Ibnu Katsir (2008:237) menjelaskan bahwa Allah berfirman seraya
memerintahkan agar hamba-Nya hanya beribadah kepada-Nya saja, yang tiada sekutu
bagi-Nya. Kata qadhaa dalam ayat ini berarti perintah. Mengenai firman-Nya :“Dan telah memerintahkan,” mujahid
berkata:”Artinya berwasiat.” Demikian
pula Ubay bin Ka’ab, Ibnu Mas’ud dan adh-Dhahhak bin muzahim membaca ayat
tersebut dengan bacaan yang artinya: “Rabb-mu
berwasiat agar kamu tidak beribadah kecuali kepada-Nya semata.”
Oleh karena itu, Allah menyertakan
perintah ibadah kepada-Nya dengan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua,
sebagaimana dia berfirman yang artinya “Dan
hendaklah kamu berbuat bai kepada ibu bapakmu dangan sebaik-baiknya.”Maksudnya,
Dia menyuruh hamba-Nya untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Yang demikian
itu seperti firman-Nya dalam surat yang lain, Dia berfirman dalam Q.S Luqman
yang artinya “Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku tempat kembalimu.”
“Jika
salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan ‘ah’.”Maksudnya janganlah engkau
memperdengarkan kata-kata yang buruk, bahkan sampai kata ’ah’ sekalipun yang
merupakan tingkatan ucapan buruk yang paling rendah/ringan.“Dan janganlah kamu membentak keduanya,” maksudnya jangan sampai ada perbuatan buruk
yang kamu lakukan terhadap keduanya. Sebagaimana yang dikatakan ‘Atha’ bin Abi
Rabah mengenai firman-Nya. “Dan janganlah
kamumembentak mereka berdua,’ ia berkata:”Artinyajangan lah kamu meringankan tangan kepada keduanya.”dan
setelah Allah melarang melontarkan ucapan buruk dan perbuatan tercela Allah SWT
menyuruh berkat-kata baik dan berbuat baik kepada keduanya, sebagaimana Dia
berfirman yang artinya “Dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia.”Yakni, dengan lemah lembut, baik, penuh
sopan santun, disertai pemuliaan dan penghormatan.
Mengenai
masalah birrul walidain ( berbakti
kepada kedua orang tua) ini, telah banyak hadist yang membahasnya. Diantaranya
adalah hadits yang diriwayatkan melalui jalur Anas dan juga yang lainnya,
bahwasanya Rasulullah Saw pernah
menaiki mimbar, kemudian berucap
yang artinya:
“Amin.Amin.Amin.
Lalu ditanyakan: ‘Ya Rasululullah, apa yang engkau aminkan tadi?’ Beliau menjawab:’aku telah didatangi jibril, lalu ia
berkata: sungguh hina orang yang (namamu disebut disisinya), namun ia tidak
bershalawat kepadamu. Maka ucapkanlah amin.’Maka
aku mengucapkan amin. Kemudian ia
berkata lagi: ‘ sungguh hina orng yang masuk bulan ramadhan, lalu ia keluar
darinya dengan tiodak mendapat ampunan. Maka ucapkanlah amin.’Makaucapkanlah amin.
Selanjutnya jibril berkata: ‘sungguh hina orang yang mendapatkan kedua atau
salah satu orang tuanya (masih hidup), namun kesempatan bakti kepada keduanya
tidak memasukkannya kesurga. Maka ucapkanlah amin.’ Maka ku ucapkan amin,"
E.
Kajian
Q.S AL-ISRAA’ Ayat 23
Tingkatan Dosa durhaka pada
orang tua
Rasulullah saw bersabda: “Dosa besar yang paling besar adalah syirik kepada
Allah dan durhaka kepada kedua orang tua…” (Al-Mustadrak 17: 416)
Rasulullah saw bersabda: “Ada tiga macam dosa yang akibatnya
disegerakan, tidak ditunda pada hari kiamat: durhaka kepada orang tua,
menzalimi manusia, dan ingkar terhadap kebajikan.” (Al-Mustadrak 12: 360)
Rasulullah saw bersabda: “…Di atas setiap durhaka ada
durhaka yang lain kecuali durhaka kepada orang tua. Jika seorang anak membunuh
di antara kedua orang tuanya, maka tidak ada lagi kedurhakaan yang lain di
atasnya.” (At-Tahdzib 6: 122)
a.
Akibat-akibat
durhaka kepada orang tua
Durhaka kepada orang tua memiliki
dampak dan akibat yang luar bisa dalam kehidupan di dunia, saat sakratul maut,
di alam Barzakh, dan di akhirat. Akibat itu antara lain:
1.
Dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla
Dalam
hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh
Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali
Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meri¬dhainya;
dan barangsiapa yang dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.”
(Jâmi’us Sa’adât, penghimpun kebahagiaan, 2: 263).
2.
Menghalangi doa dan Menggelapi kehidupan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“…Dosa yang mempercepat kematian adalah memutuskan silaturrahmi, dosa yang
menghalangi doa dan menggelapi kehidupan adalah durhaka kepada kedua orang
tua.” (Al-Kafi 2: 447)
3. Celaka di
dunia dan akhirat
Imam
Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Durhaka kepada kedua orang tua termasuk dosa
besar karena Allah Azza wa Jalla menjadikan dalam firman-Nya sebagai anak yang
durhaka sebagai orang yang sombong dan celaka: “Berbakti kepada ibuku serta Dia
tidak menjadikanku orang yang sombong dan celaka, (Surat Maryam: 32)” (Man lâ
yahdhurul Faqîh 3: 563)
4.
Dilaknat oleh Allah swt
Rasulullah
saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali, Allah melaknat kedua
orang tua yang melahirkan anak yang durhaka kepada mereka. Wahai Ali, Allah
menetapkan akibat pada kedua orang tuanya karena kedurhakaan anaknya
sebagaimana akibat yang pasti menimpa pada anaknya karena kedurhakaannya…”
(Al-Faqîh 4: 371)
Ya Allah,
jangan jadikan daku orang yang menyebabkan kedua orang tuaku dilaknat oleh-Mu
karena kedurhakanku pada mereka.Ya Allah, jadikan daku anak yang berbakti
kepada kedua orang tuaku sehingga Engkau sayangi mereka karena kebarbaktianku
pada mereka.”
Duhai
saudaraku, di sinilah letak hubungan erat yang tak terpisahkan antara kita dan
kedua orang tua kita. Betapa pentingnya menanamkan pendidikan akhlak yang mulia
pada anak-anak kita, sehingga kita meninggalkan warisan yang paling berharga
yaitu anak-anak yang saleh, yang dapat mengalirkan kebahagiaan dan kedamaian
pada kita bukan hanya di dunia tetapi juga di alam Barzakh dan akhirat.
5.
Dikeluarkan dari keagungan Allah swt
Imam
Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Allah mengharamkan durhaka kepada kedua orang tua
karena durhaka pada mereka telah keluar dari pengagungan terhadap Allah swt dan
penghormatan terhadap kedua orang tua.” (Al-Faqih 3: 565)
6.
Amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah swt
Dalam
hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Demi Ketinggian-Ku, keagungan-Ku dan
kemuliaan kedudukan-Ku, sekiranya anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya
mengamalkan amalan semua para Nabi, niscaya Aku tidak akan menerimanya.”
(Jâmi’us Sa’adât 2: 263).
7.
Shalatnya tidak diterima oleh Allah swt
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Barangsiapa yang memandang kedua orang tuanya dengan pandangan benci ketika
keduanya berbuat zalim kepadanya, maka shalatnya tidak diterima.” (Al-Kafi 2:
349).
8.
Tidak melihat Rasulullah saw pada hari kiamat
Rasulullah saw bersabda: “Semua
muslimin akan melihatku pada hari kiamat kecuali orang yang durhaka kepada
kedua orang tuanya, peminum khamer, dan orang yang disebutkan nama¬ku lalu ia
tidak bershalawat kepadaku.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263).
Na’udzubillâh,
semoga kita tidak tergolong kepada mereka yang tidak diizinkan untuk berjumpa
dengan Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa), karena hal ini harapan dan idaman
bagi setiap muslimin dan mukminin. Sudah tidak berjumpa di dunia, tidak berjumpa
pula di akhirat.Na’udzubillâh, semoga kita semua dijauhkan dari akibat ini.
9.
Diancam dimasukkan ke dalam dua pintu neraka
Rasulullah
saw bersabda: “Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya murka, maka baginya
akan dibukakan dua pintu neraka.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 262)
10.
Tidak akan mencium aroma surga
Rasulullah saw bersabda: “Takutlah kamu berbuat durhaka
kepada kedua orang tuamu, karena bau harum surga yang tercium dalam jarak
perjalanan seribu tahun, tidak akan tercium oleh orang yang durhaka kepada
kedua orang tuanya, memutuskan silaturahmi, dan orang lanjut usia yang
berzina…” (Al-Wasâil 21: 501)
11. Menderita
saat Saktatul maut
Penderitaan
anak yang durhaka kepada orang tuanya saat sakratul mautnya pernah menimpa pada
salah seorang sahabat Nabi saw. Berikut ini kisahnya:
Kisah nyata di zaman Nabi saw.
Pada suatu hari Rasulullah saw
mendatangi seorang pemuda saat menjelang kematiannya. Beliau membimbingnya agar
membaca kalimat tauhid, Lâilâha illallâh,
tapi pemuda itu lisannya terkunci.
Rasulullah saw bertanya kepada
seorang ibu yang berada di dekat kepala sang pemuda sedang menghadapi sakratul
maut: Apakah pemuda ini masih punya ibu?
Sang ibu menjawab: Ya, saya ibunya, ya Rasulullah.Rasulullah saw bertanya
lagi: Apakah Anda murka padanya?Sang
ibu menjawab: Ya, saya tidak berbicara dengannya selama 6 tahun.Rasulullah saw
bersabda: Ridhai dia!Sang ibu
berkata: Saya ridha padanya karena ridhamu padanya.
Kemudian Rasulullah saw membimbing kembali kalimat tauhid,
yaitu Lâilâhaillallâh.Kini sang
pemuda dapat mengucapkan kalimat Lâilâha
illallâh.
Rasulullah saw bertanya pemuda itu: Apa
yang kamu lihat tadi?
Sang pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki-laki yang berwajah hitam,
pandangannya menakutkan, pakaiannya kotor, baunya busuk, ia mendekatiku
sehingga membuatku marah padanya.
Lalu Nabi saw membimbinnya untuk mengucapkan doa:
يَا مَنْ يَقْبَلُ الْيَسِيْرَ وَيَعْفُو عَنِ الْكَثِيْرِ،
اِقْبَلْ مِنِّى الْيَسِيْرَ وَاعْفُ عَنِّي الْكَثِيْرَ، اِنَّكَ أَنْتَ
الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
“Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa
yang banyak, terimalah amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak,
sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” 1)
Sang
pemuda kini dapat mengucapkannya.Nabi saw bertanya lagi: Sekarang lihatlah, apa yang kamu lihat?Sang pemuda menjawab:
sekarang aku melihat seorang laki-laki yang berwajah putih, indah wajahnya,
harum dan bagus pakaiannya, ia mendekatiku, dan aku melihat orang yang berwajah
hitam itu telah berpaling dariku. Nabi saw bersabda: Perhatikan lagi. Sang
pemuda pun memperhatikannya. Kemudian beliau bertanya: sekarang apa yang kamu lihat?
Sang pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, aku
melihat orang yang berwajah putih, dan cahayanya meliputi keadaanku. (Bihârul
Anwâr 75: 456).
Doa ini dikenal sebagai doa Yasîr,
doa untuk memperoleh kemudahan saat sakaratul maut.
b.
Cara
berbakti kepada kedua orang tua.
|
Kasih anak sepanjang galah,
kasih orang tua sepanjang masa. Peribahasa itu terkadang ada benarnya. Ketika
seorang anak telah melepas masa kanak-kanak, banyak yang merasa sudah menjadi
diri sendiri dan tak merasa butuh lagi orang tua. Terlebih ketika sudah mandiri,
menikah dan hidup mapan. Tak sedikit yang lantas abai dengan orang tua.
Apalagi bila tinggal jauh dari kedua ayah ibu.
Padahal, sebagai anak, apapun posisi dan status kita, tetaplah punya
kewajiban untuk berbakti kepada orang tua sepanjang masa. Bagaimana caranya?
Berikut ini ada beberapa hal yang termasuk bukti birul walidain (bakti) kita
pada keduanya:
1. Mencintai sepenuh hati.
Pandanglah orang tua penuh
kecintaan. Menurut Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda: “Seorang anak yang
memandang kepada orang tuanya dengan pandangan cinta, akan dicatat Allah
seperti amalan orang yang naik Haji Mabrur” (R. Ar-Rafi'I dalam sejarah Kaspi
dan oleh Al-Baihaqi dalam Syu'abil Iman)
2. Bersikap lemah lembut
Orang tua berhak diperlakukan
yang terbaik. Karena itu, jagalah perkataan dan perilaku kita di hadapan
orang tua. Jangan sekalipun menyakiti hati mereka, baik dari perkataan maupun
perbuatan kita. “Dan ucapkanlah kepada ibu-bapakmu perkataan yang mulia dan
rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang, dan
doakanlah: “Wahai Robbku, kasihanilah keduanya seperti keduanya telah
mendidik aku di waktu kecil.” (TQS Al-Isra: 23-24)
3. Minta izin
Ada waktu-waktu khusus dimana
anak harus izin ketika akan masuk kamar orang tua. Hal ini untuk menghormati
privacy beliau. “Dan apabila anak-anakmu sudah mencapai usia baligh, maka
haruslah mereka meminta izin padamu (untuk masuk), seperti halnya orang-orang
sebelum mereka” (QS An-Nur ayat 59). Sementara itu, ketika keluar rumah,
khususnya bagi Muslimah wajib pula mendapatkan izin orang tua bila belum
menikah.
4.
Berdiri menyambut ibu-bapak
Kata Siti Aisyah Ra: Saya tidak
pernah melihat seseorang yang paling serupa dengan Rasulullah mengenai
ketenangan, keagungan dan kecerahannya kecuali Siti Fathimah binti Rasul.
Apabila ia datang mengunjungi Rasulullah SAW beliau bangkit menyongsongnya,
mencium dan mempersilakan sang putri duduk di tempat duduk beliau. Begitu
pula jika Nabi SAW datang mengunjungi buah hatinya, Fatimah bangun
menyongsong beliau, mencium dan mempersilakan duduk di tempat duduknya. (R
Abu Daud dan At-Turmudzi)
5. Menjaga nama baik orang tua
Tingkah laku anak cermin bagi
orang tuanya. Jangan sampai anak berbuat maksiat dan mencoreng malu orang
tua. Bila orang tua yang bermaksiat, nasihatilah. Tutupilah aib orang tua,
bukan mengumbarnya menjadi bahan rumpian.
6. Bersilaturahmi dengan teman
ibu-bapak
Hormati dan hargai teman-teman
orang tua, sekalipun bisa jadi dalam hati kita tidak sreg dengan kepribadian
beberapa dari mereka. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya bakti anak yang
paling utama adalah hubungan baik si anak dengan keluarga kawan baik ayahnya”
(R. Muslim).
7. Berziarah ke makam ibu-bapak, jika
telah meninggal dunia.
Abu Hurairah Ra. Seorang
sahabat Rasul yang banyak hafal hadist berkata, Rasulullah bersabda: “ Barang
siapa yang berziarah ke kubur kedua orang tuaaya atau salah seorang dari
keduanya pada tiap hari Jum'at maka dosanya akan diampuni Allah dan ia
dinyatakan sebagai seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya”. (R.
At-Thabarani dalam Al-Ausath).
|
|
c.
Manfaat berbakti kepada orang tua
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha,
dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Aku pernah tidur, lalu aku bermimpi
diriku berada di Surga, lalu akumendengar suara seorang yang sedang membaca
(al-Qur’an), lalu kutanyakan, ‘Siapa ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini adalah
Haritsah bin an-Nu’man”
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ketika
ada tiga orang berjalan-jalan tiba-tiba mereka kehujanan, lalu mereka berteduh
di dalam gua pada sebuah gunung.Ketika mereka tengah berada di dalam gua itu,
tiba-tiba ada batu besar yang jatuh sehingga menutupi mulut gua tersebut. Lalu
sebagian mereka berkata kepada sebagian lainnya, ‘Lihatlah pada amalan yang
paling baik yang pernah kalian kerjakan, lalu mohonlah kepada Allah dengan
amalan tersebut, siapa tahu akan dibukakan celah pada batu tersebut bagi
kalian.’ Lalu salah seorang di antara mereka berkata, ‘Ya Allah, sesungguhnya
aku mempunyai dua orang tua yang sudah lanjut usia sementara aku memiliki
isteri dan juga anak-anak yang masih kecil.Dan aku memelihara mereka.
Karenanya, jika aku telah mengandangkan kambingku, aku mulai mengurus kedua
orang tuaku, dimana aku memberi minum susu keduanya. Kemudian aku tidak
mendatanginya sehingga kedua orang tuaku tidur. Kemudian aku membersihkan
bejana, lalu memerah susu. Selanjutnya aku membawa susu itu dekat kepala kedua
orang tuaku sementara anak-anak bergelantungan di kedua kakiku, karena aku
tidak ingin memulai mengurus mereka sebelum mengurus kedua orang tuaku dan aku
tidak ingin membangunkan keduanya. Dan aku masih terus berdiri sampai fajar bersinar
terang.Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku melakukan hal itu dalam rangka
mencari keridhaan-Mu, maka bukakanlah untuk kami sebuah celah dimana kami dapat
melihat langit darinya. Maka Allah pun membukakan celah bagi mereka sehingga
mereka dapat melihat langit darinya… [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
d. Hubungan Q.S AL-ISRAA’ Ayat 23
dengan Profesi Guru
Pada
dasarnya setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban. Allah Swt. telah
menciptakan manusia dengan berbagai macam ras, suku bangsa, bahasa, dan
sebagainya yang saling berpasang-pasangan. Begitu pula dengan hak dan
kewajiban, setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda-beda dan
keduanya harus dilaksanakan dengan seimbang.
Dalam
Psikologi Pendidikan dibahas tentang factor fartor yang mempengaruhi dinamika
perkembangan peserta didik diantaranya adalah Lingkungan Keluarga. Seorang anak
akan memiliki moral, sopan santun kepada guru, teman sebaya, dan masyarakat
terjadi apabila seorang anak tersebut dibentuk karakternya dari lingkungan yang
pertama kali ia kenal yaitu lingkungan keluarga. Dengan menghormti kedua orang
tuanya, maka ia juga akan dapat menghargai siapapun yang berhubungan dengannya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa etika berarti ilmu tentang
apa yang baik dan tentang apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak). Sebagaimana telah diketahui, islam adalah sebuah agama yang memiliki
ajaran-ajaran yang mulia, komprehesif dan universal, dimana sumber utamanya
adalah Al Qur’an dan As Sunnah. Ajaran-ajaran Islam yang mulia ini harus
ditransfer dan ditanamkan kepada anak melalui pendidikan dalam keluarga.
Keharmonisan antara Orang tua dan anak dapat dibangun sejumlah prinsip etika
komunikasi dalam islam seperti Qawlan, Karima, Qawlan sadida, Qawlan
ma’rufa, Qawlan baligha, Qawlan layyina, dan Qawlan maisyura.
Rasulullah Saw. bersabda :
“Berbuat baiklah kepada Ibumu,
Bapakmu, saudara perempuan dan saudara laki-lakimu, kemudian orang yang paling
dekat denganmu kemudian seterusnya.” (HR. Nasa’i, Ahmad, dan Al Hakim)
BAB
III
KESIMPULAN
Surah
Al-Isra' (bahasa Arab:الإسرا, al-Isrā,
"Perjalanan Malam") adalah surah ke-17 dalam al-Qur'an.
Surah ini terdiri atas 111 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah.Surah
ini dinamai dengan Al-Isra yang berarti "memperjalankan di malam
hari", berhubung peristiwa Israa' Nabi Muhammad
SAW.diMasjidil
Haram di Mekkah ke
Masjidil
Aqsha di Baitul Maqdis (Palestina) yang dicantumkan pada ayat
pertama dalam surah ini. Surat ini dinamakan pula dengan nama Surah Bani Israil dikaitkan dengan
penuturan pada ayat ke-2 sampai dengan ayat ke-8 dan kemudian dekat akhir surah
yakni pada ayat 101 sampai dengan ayat 104 dimana Allah menyebutkan tentang Bani Israil yang setelah
menjadi bangsa yang kuat lagi besar lalu menjadi bangsa yang terhina karena
menyimpang dari ajaran Allah
SWT.
Akibat
durhaka kepada orang tua diantaranya adalah dimurkai
oleh Allah Azza wa Jalla, menghalangi
doa dan Menggelapi kehidupan, celaka di
dunia dan akhirat, dilaknat
oleh Allah swt, dikeluarkan
dari keagungan Allah swt, menderita
saat Saktatul maut, shalatnya
tidak diterima oleh Allah swt, tidak
melihat rasulullah saw pada hari kiamat, diancam dimasukkan ke dalam dua pintu neraka, amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah swt.
Manfaat
berbakti kepada orang tua diantaranya jauh dari marabahaya, dapat kemudahan,
cara berbakti kepada orang tua diantaranya adalah mencintai sepenuh hati, bersikap lemah lembut, minta
izin, menjaga nama baik orang tua, berziarah ke makam ibu-bapak, jika telah
meninggal dunia, bersilaturahmi dengan teman ibu-bapak.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah. (2008). Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5. Bogor:
Pustaka Imam Syafi’i
Kholda. (2011) 44 Cara Berbakti Kepada Orang Tua.
Tersedia [Online]:
. Tanggal akses 20 September 2012